Advertisemen
Gedung adalah konstruksi buatan manusia yang terdiri atas
dinding dan atap yang didirikan secara permanen di suatu tempat. Gedung adalah konstruksi yang
berukuran besar sebagai tempat kegiatan, gedung juga biasanya memiliki
ketinggian lebih daripada bangunan yang ada di sekitarnya.
Walaupun didirikan secara permanen tidak selamanya
gedung dapat berdiri kokoh, maka dari itu sebelum perencanaan pembangunan
biasanya telah diperkirakan dan dipikir secara matang bahwa gedung itu akan
dapat bertahan. Biasanya direncanakan lebih dari 20 tahun.
Namun, ada saja bangunan gedung yang ternyata cepat
rusak dari perencanaan atau perkiraan yang sudah dipikirkan sebelumnya. Ini
disebakan oleh banyak faktor, salah satunya adalah faktor alam.
Sumber Gambar : ria.ru
Dengan kondisi di Indonesia yang sangat rawn dengan
bencana alam. Salah
satunya adalah gempa bumi yang bisa saja adalah ancaman bencana alam terbesar
di Indonesia karena terjadi tiba-tiba dan dapat menyerang lokasi padat
penduduk, seperti kota-kota besar.
Nah,
karena Indonesia adalah daerah yang rawan bencana alam, sebaiknya kondisi
bangunan yang didirikan harus kuat. Tetapi kebalikan di Indonesia masih banyak
struktur gedung yang belum kuat menahan getaran akibat gempa bumi dengan skala
besar.
Untuk masalah seperti itu kita membutuhkan
monitoring atau pemantauan pada struktur gedung untuk mendeteksi kerusakan
secara dini. Pemantauan ini sangat berfungsi jika terjadi keruskan pada
struktur bangunan jadi bisa langsung diketahui. Kita juga bisa mengantisipasi
terjadinya amblasnya pondasi, miringnya struktur, dan yang lainnya.
Perawatan struktur gedung biasa disebut dengan StructuralHealth Monitoring System (SHMS). Dalam SHMS menggunakan Instrument yang
dibantu dengan sensor seperti Uniaxial Accelerometer (X,Y,Z), Triaxial
Accelerometer, Temperature dan Humadity, Biaxial Tiltmeter dan sensor kecepatan
angin.
Pemasangan sensor haruslah di titik titik yang
rawan. Agar kita mengetahui tingkat kekuatan struktur. Jika kita ingin
mengetahui kemiringan pada kemiringan gedung dapat memasangkan Biaxial
Tiltmeter.
Jika pemasangan sensor telah selesai, selanjutnya
pemasangan kabel sensor pada Data logger untuk mempermudah merubah rubah gaya
menjadi nilai. Dari Data logger akan diteruskan ke monitor laptop untuk
selanjutnya dianalisa.
Sumber Gambar : jogja.tribunnews.com
Sensor akan berfungsi apabila terjadi gempa bumi
yang menyebabkan gedung terguncang. Sensor akan aktif dan mulai merekam gaya,
arah, kekuatan, dan efek gempa pada struktur gedung
Pemasangan instrumen SHMS juga dilengkapi oleh
Early Warning System atau sistem peringatan dini yang sudah terintegrasi pada
sensor. Jadi kalau gempa datang alarm peringatan akan langsung berbunyi.
Advertisemen