Structural Health Monitoring System Untuk Pemantauan Struktur Gedung

Advertisemen
Gedung adalah konstruksi buatan manusia yang terdiri atas dinding dan atap yang didirikan secara permanen di suatu tempat. Gedung adalah konstruksi yang berukuran besar sebagai tempat kegiatan, gedung juga biasanya memiliki ketinggian lebih daripada bangunan yang ada di sekitarnya.


Sumber Gambar : danislexaw.wordpress.com
Walaupun didirikan secara permanen tidak selamanya gedung dapat berdiri kokoh, maka dari itu sebelum perencanaan pembangunan biasanya telah diperkirakan dan dipikir secara matang bahwa gedung itu akan dapat bertahan. Biasanya direncanakan lebih dari 20 tahun.

Namun, ada saja bangunan gedung yang ternyata cepat rusak dari perencanaan atau perkiraan yang sudah dipikirkan sebelumnya. Ini disebakan oleh banyak faktor, salah satunya adalah faktor alam.

Sumber Gambar : ria.ru

Dengan kondisi di Indonesia yang sangat rawn dengan bencana alam. Salah satunya adalah gempa bumi yang bisa saja adalah ancaman bencana alam terbesar di Indonesia karena terjadi tiba-tiba dan dapat menyerang lokasi padat penduduk, seperti kota-kota besar.

Nah, karena Indonesia adalah daerah yang rawan bencana alam, sebaiknya kondisi bangunan yang didirikan harus kuat. Tetapi kebalikan di Indonesia masih banyak struktur gedung yang belum kuat menahan getaran akibat gempa bumi dengan skala besar.

Untuk masalah seperti itu kita membutuhkan monitoring atau pemantauan pada struktur gedung untuk mendeteksi kerusakan secara dini. Pemantauan ini sangat berfungsi jika terjadi keruskan pada struktur bangunan jadi bisa langsung diketahui. Kita juga bisa mengantisipasi terjadinya amblasnya pondasi, miringnya struktur, dan yang lainnya.

Perawatan struktur gedung biasa disebut dengan StructuralHealth Monitoring System (SHMS). Dalam SHMS menggunakan Instrument yang dibantu dengan sensor seperti Uniaxial Accelerometer (X,Y,Z), Triaxial Accelerometer, Temperature dan Humadity, Biaxial Tiltmeter dan sensor kecepatan angin.

Pemasangan sensor haruslah di titik titik yang rawan. Agar kita mengetahui tingkat kekuatan struktur. Jika kita ingin mengetahui kemiringan pada kemiringan gedung dapat memasangkan Biaxial Tiltmeter.

Jika pemasangan sensor telah selesai, selanjutnya pemasangan kabel sensor pada Data logger untuk mempermudah merubah rubah gaya menjadi nilai. Dari Data logger akan diteruskan ke monitor laptop untuk selanjutnya dianalisa.


Sumber Gambar : jogja.tribunnews.com

Sensor akan berfungsi apabila terjadi gempa bumi yang menyebabkan gedung terguncang. Sensor akan aktif dan mulai merekam gaya, arah, kekuatan, dan efek gempa pada struktur gedung

Pemasangan instrumen SHMS juga dilengkapi oleh Early Warning System atau sistem peringatan dini yang sudah terintegrasi pada sensor. Jadi kalau gempa datang alarm peringatan akan langsung berbunyi.


Advertisemen

Disclaimer: Gambar, artikel ataupun video yang ada di web ini terkadang berasal dari berbagai sumber media lain. Hak Cipta sepenuhnya dipegang oleh sumber tersebut. Jika ada masalah terkait hal ini, Anda dapat menghubungi kami disini.
Related Posts
Disqus Comments
© Copyright 2017 Instrument Pengukuran - All Rights Reserved - Created By BLAGIOKE Diberdayakan oleh Blogger